“Katakanlah:”Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan
bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang
mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka
akan menjawab:”Allah.” Maka katakanlah:”Mengapa kamu tidak bertakwa
(kepada-Nya)?”(Q.S yunus: 31)
Ketika kita memandang suatu benda, cahaya dan benda itu merambat
langsung ke mata kita. Karena itu kita dapat melihat benda tersebut. Tetapi
hanya sebagian benda yang memancarkan cahaya sendiri eperti matahari, lampu,
dan nyala api. Sebagian besar benda-benda yang kita lihat tidak memancarkan
cahaya memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke mata kita. Dengan demikian, apa
yang terlihat, secara fundamental akan tergantung pada sifat cahaya. Oleh sebab
itulah sifat cahaya selalu merupakan pokok bahasan yang menarik untuk
dipelajari.
Ilmuwan Muslim pertama yang
mencurahkan pikirannya untuk mengkaji ilmu optik adalah Al-Kindi (801 M – 873
M). Hasil kerja kerasnya mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi
cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. Buah pikir Al-Kindi tentang optik
terekam dalam kitab berjudul De Radiis Stellarum. Buku yang ditulisnya itu
sangat berpengaruh bagi sarjana Barat seperti Robert Grosseteste dan Roger
Bacon. Tak heran, bila teori-teori yang dicetuskan Al-Kindi tentang ilmu optik
telah menjadi hukum-hukum perspektif di era Renaisans Eropa. Secara lugas,
Al-Kindi menolak konsep tentang penglihatan yang dilontarkan Aristoteles. Dalam
pandangan ilmuwan Yunani itu, penglihatan merupakan bentuk yang diterima mata
dari obyek yang sedang dilihat. Namun, menurut Al-Kindi penglihatan justru
ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut
radiasi yang padat. Para Tohoh muslim yang memberikan kontribusinya lainnya di
dunia optk yaitu Al Khaitam, kamaluddin al farisi, dan lain-lain.
Banyak sekali tokoh-tokoh yang
berjasa pada perkembangan ilmu optika, diantaranya adalah :
a.
Euklides (hidup sekitar abad ke-4
SM)
Euklides ialah matematikawan dari Alexandria dikenal sebagai bapak
geometri. Dalam bukunya yang berjudul Elemen, ia mengemukakan teori bilangan
dan geometri. Menurutnya satu hal yang paling penting untuk dicatat, bahwa
dalam pembuktian teorema-teorema geometri tak diperlukan adanya contoh dari
dunia nyata tetapi cukup dengan deduksi logis menggunakan aksioma-aksioma yang
telah dirumuskan.
b.
Johannes Kepler (27 Desember 1571 –
15 November 1630).
Sumber : http://blog.worldbook.com/2013/12/23/this-week-in-history-johannes-kepler-was-born-on-dec-27-1571/
Johannes Kepler seorang tokoh penting dalam revolusi ilmiah, adalah
seorang astronom Jerman, matematikawan dan astrolog. Dia paling dikenal melalui
hukum gerakan planetnya. Dia kadang dirujuk sebagai "astrofisikawan
teoretikal pertama", meski Carl Sagan juga memanggilnya sebagai ahli
astrologi ilmiah terakhir.
Orang Eropa abad ke-16 sangat mengagumi komet. Maka, pada suatu
malam, sewaktu sebuah komet yang dipopulerkan oleh astronom Denmark Tycho Brahe
terlihat di langit, Katharina Kepler membangunkan putranya, Johannes, yang
berusia enam tahun untuk menyaksikan komet itu. Lebih dari 20 tahun kemudian,
sewaktu Brahe meninggal, siapakah yang dilantik Kaisar Rudolf II untuk
menggantikan jabatan Barahe sebagai matematikawan kekaisaran? Pada usia 29
tahun, Johannes Kepler menjadi matematikawan kekaisaran untuk Kaisar Romawi
Suci, beserta ahli astrologi kerajaan Jendral Wallenstein, suatu jabatan yang
ia pegang hingga akhir hayatnya. Kepler juga seorang profesor matematika di
Universitas Graz. Karir Kepler juga bersamaan dengan karir Galileo Galilei.
Pada awal karirnya, Kepler adalah asisten Tycho Brahe.
Kepler sangat dihargai bukan hanya dalam bidang matematika. Ia
menjadi sangat terkenal di bidang optik dan astronomi. Meski perawakannya
kecil, Kepler memiliki kecerdasan yang memukau dan juga kepribadian yang gigih.
Ia didiskriminasi sewaktu tidak mau pindah agama ke Katolik Roma, sekalipun di
bawah tekanan hebat (diambil seperlunya dari Wikipedia).
c.
Willebrord Snellius (1580–30 Oktober
1626)
Willebrord Snellius (terlahir dengan nama Willebrord Snel van Royen
lahir di Leiden) adalah ilmuwan berkebangsaan Belanda dalam bidang astronomi
dan matematika. Willebrord Snellius dikenal dengan hukum pembiasan cahaya.
Sumber:
http://pvastro1472.blogspot.com/2014/10/willebrord-snell-biography_10.html
d.
Christian Huygens (1629–8 Juli 1695)
Sumber :
https://fluidsinmotion.wordpress.com/2012/12/07/mariotte-and-huygens/
Christiaan
Huygens, merupakan ahli matematika Belanda dan ahli fisika; lahir di Den Haag
sebagai anak dari Constantijn Huygens. Ahli sejarah umumnya mengaitkan Huygens
dengan revolusi ilmiah. Christiaan umumnya menerima penghargaan minor atas
perannya dalam perkembangan kalkulus modern. Ia juga mendapatkan peringatan
atas argumennya bahwa cahaya terdiri dari gelombang. Tahun 1655, ia menemukan
bulan Saturnus, Titan.
e.
Antoni Van Leeuwenhoek (1632 - 1723)
Sumber : http://www.ucmp.berkeley.edu/history/leeuwenhoek.html
Leuweenhoek adalah seorang ahli fisika dan biologi, pelopor riset
mikroskopik yang dilahirkan di Delf, Belanda. Pada usia 21 tahun ia membuka
toko kain dan mulai menggunakan kaca pembesar sederhana buatannya sendiri untuk
memeriksa kualitas kainnya. Mikroskop Leuweenhoek tidak lebih besar daripada
ibu jari. Mikroskop tersebut terbuat dari logam, lensa tunggalnya mempunyai
tebal kira-kira 1 milimeter dan panjang fokusnya begitu pendek sehingga dalam
menggunakannya harus dipegang dekat sekali dengan mata. Pertama kali
Leuweenhoek membuat mikroskop hanya sebagai hobi. Pada tahun 1974, Leuweenhoek
menemukan hewan-hewan bersel satu, yaitu protozoa. Ia katakan bahwa setetes air
bisa menjadi rumah satu juta hewan-hewan kecil tersebut. Leuweenhoek hidup
dalam ketenaran, ia dikunjungi raja-raja pada saat itu. Menjelang kematiannya
pada usia 90 tahun, ia telah membuat lebih dari 400 mikroskop.
f.
Rangaku
Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Rangaku
Rangaku (arti harfiah: ilmu belanda; ran: Belanda) adalah sebutan
untuk ilmu pengetahuan, budaya, dan teknologi dari Eropa yang dikenal Jepang pada
zaman Edo. Ilmu-ilmu Barat didapat Jepang melalui kontak dengan orang Belanda
di pos perdagangan Belanda di Dejima. Studi ilmu-ilmu dari Barat yang didapat
dari orang Belanda memungkinkan Jepang mengejar ketinggalan di bidang teknologi
dan kedokteran Barat akibat politik isolasi yang dijalankan Keshogunan Tokugawa
dari 1641 hingga 1853. Melalui rangaku, orang Jepang belajar berbagai aspek
revolusi ilmu pengetahuan yang berlangsung di Eropa pada waktu itu. Dengan
mempelajari ilmu-ilmu dari Barat, Jepang memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk melakukan modernisasi setelah dibukanya pelabuhan-pelabuhan
di Jepang untuk perdagangan dengan kapal-kapal asing pada tahun 1854. Itulah
beberapa orang yang telah berjasa terhadap kemajuan ilmu optika yang sedang
kamu pelajari ini.
Walaupun beberapa tokoh
lainnya belum di jelaskan. Tidakah kamu tertarik menjadi seorang ilmuwan
terkenal seperti tokoh-tokoh di atas?[1]
Kata optik berasal dari bahasa
Latin, yang artinya tampilan. Optika adalah cabang fisika yang menggambarkan
perilaku atau sifat-sifat cahaya dan interaksi cahaya dengan materi. Intinya
optika membahas tentang gejala-gejala optik. Bidang optika terbagi menjadi dua,
yaitu optik geometri dan optik fisis. Optik geometris atau optik sinar,
menjabarkan perambatan cahaya sebagai vektor yang disebut sinar melalui
gambar-gambar geometri dari berkas sinar tersebut. Sedangkan optik fisis
menjelaskan gejala-gejala yang terjadi pada optik geometri dengan penjabaran
matematis, sehingga komponen optik dan sistem kerja cahaya seperti ukuran,
posisi, dan pembesaran obyek menjadi lebih jelas.[2]
Optik geometri merupakan pelajaran
tentang cahaya (light) yang
berhubungan dengan aspek-aspek makroskopis dari cahaya. Untuk ini, digunakan
pengertian tentang “berkas” cahaya ataupun “sinar” cahaya. “berkas” (beam) cahaya adalah berasal dari sumber
yang berada jauh sekali (misalnya matahari) dan melalui sebuah lubang pada
sebuah layar sehingga cahaya yang keluar akan berbentuk silindris, jika lubang
itu bulat, dengan batas yang tertentu, yaitu garis-garis yang sejajar dengan
sumbu silinder. Garis-garis inilah yang kita namakan “sinar”. “sinar” (ray)
cahaya dapat juga diartikan sebagai “berkas” yang kecil sekali., berbentuk
garis, jadi tidak mempunyai tebal ataupun lebar. Pengertian “sinar” hanya ada
secara teoritis saja, sedangkan pada praktiknya yang ada hanya “berkas” cahaya.
Hukum dasar pada optika geometri ini
adalah:
a.
Cahaya berjalan sepanjang garis
lurus dalam medim homogen
b.
Cahaya dapat dipantulkan aau
dibiaskan (Hukum Snellius) oleh bidang batas dua media.
Optik geometri pada umumnya
mempelajari peristiwa-peristiwa cahaya tampak dan cahaya
yang mempunyai panjang gelombang di sekitar cahaya tampak, dan hanya
membicarakan peristiwa pantulan dan pembiasan pada permukaan-permukaan yang
membatasi dua media. Di sini tidak dibicarakan tentang perubahan-perubahan
fase yang terjadi pada gelombang-gelombang yang dipantulkan maupun yang
dibiaskan. Juga tidak diperhatikan perubahan-perubahan lain yang terjadi.
Hal yang penting pada pembahasan ini
adalah terjadinya bayangan dari sebuah benda. Misalnya benda berada di depan
kamera, sinarnya akan melalui lubang yang berisi lensa; bayangan akan terjadi
pada plat fotografi (film) yang terletak di belakangnya di dalam kamera itu
juga. Setiap titik dari bayangan berasal dari setiap titik pada benda.[3]
Cahaya menurut Newton (1642 - 1727) terdiri
dari partikel-partikel ringan berukuran sangat kecil yang dipancarkan oleh
sumbernya ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Sementara menurut Huygens (1629 - 1695),
cahaya adalah gelombang seperti halnya bunyi. Perbedaan antara keduanya hanya
pada frekuensi dan panjang gelombangnya saja.
Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk
gelombang elekromagnetik yang bisa dilihat dengan mata. Cahaya juga merupakan
dasar ukuran meter: 1 meter adalah jarak yang dilalui cahaya melalui vakum pada
1/299,792,458 detik. Kecepatan cahaya adalah 299,792,458 meter per detik.
Frekuensi gelombang cahaya ditentukan oleh
periode osilasi yang merupakan panjang gelombang tersebut, seyogyanya tidak
berubah saat merambat melalui berbagai medium, hanya kecepatan gelombang yang
bergantung pada jenis mediumnya. Persamaan yang digunakan:
dimana:
v adalah kecepatan gelombang
λ adalah panjang gelombang
f adalah frekuensi
Pada frekuensi yang konstan, perubahan kecepatan gelombang cahaya akan
berpengaruh pada panjang gelombangnya. Rasio antara kecepatan gelombang cahaya
pada ruang hampa dan kecepatan gelombang cahaya pada suatu medium disebut index
of refraction dengan persamaan: di mana:
c adalah kecepatan gelombang cahaya pada ruang hampa berupa
konstanta fisika bernilai 299,792,458 meter/detik.
v adalah kecepatan gelombang cahaya pada medium tertentu n adalah index of refraction atau indeks bias,
bernilai n=1 dalam ruang hampa dan n>1 di dalam medium. Medium yang lebih
padat seperti kaca dan air mempunyai indeks bias sekitar 1,3 hingga 1,5. Indeks
bias berlian berkisar antara 2,4
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat
mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya
adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun
yang tidak.
Cahaya adalah
paket partikel yang disebut foton.
Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara
bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket
cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera
penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika,
merupakan area riset yang penting pada fisika modern. Cahaya mempunyai 4
besaran dalam optika klasik yaitu:
• Intensitas
• Frekuensi atau panjang
gelombang
• Polarisasi
• Fasa Sifat
optik geometris yaitu:
• Refleksi
• Refraksi
Sifat optik fisis yaitu:
• Interferensi
• Difraksi
• Dispersi
• Polarisasi[4]
Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah? Tentunya hal itu akan mengingatkanmu pada
Sang Pencipta. Begitu indah ciptaan-Nya sehingga patut kamu syukuri dan kamu
pelajari agar keimananmu bertambah. Terangnya benda-benda langit tersebut
karena adanya cahaya. Bintang bersinar karena dia memiliki cahaya sendiri,
sedangkan Bulan tampak bercahaya karena pantulan dari cahaya Matahari. Akan
tetapi, manusia di Bumi seolah-olah melihat Bulan tersebut memancarkan
cahayanya sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, kamu tidak dapat melihat
benda-benda di sekitarmu tanpa adanya cahaya. Pada malam hari ketika lampu
listrik rumahmu padam, kamu tidak dapat melihat apapun di sekitarmu. Hal
tersebut terjadi karena tidak ada cahaya yang dipantulkan oleh benda di
sekitarmu. Jadi, kamu dapat melihat suatu benda apabila ada cahaya yang
dipantulkan oleh benda tersebut ke matamu. Pemantulan Teratur dan Pemantulan Baur.
Pemantulan cahaya pada benda yang tidak tembus cahaya, ada
yang teratur dan ada pula yang tidak teratur. Kamu dapat melihat cahaya yang
dipantulkan benda-benda di sekitarmu tidak menyilaukan mata, tetapi terasa
teduh dan nyaman. Namun, cahaya yang dipantulkan cermin ke mata akan sangat
menyilaukan.[5]
Sifat-sifat
cahaya yaitu:
1. Dapat dilihat oleh
mata
2. Memiliki arah rambat yang
tegak lurus arah getar (transversal)
3. Merambat menurut garis
lurus
4. Memiliki energi
5. Dipancarkan dalam bentuk
radiasi
6. Dapat mengalami pembiasan, interfensi,
difraksi (lenturan), dan polarisasi (terserap
sebagian arah getarnya)[6]
Cahaya
yang biasanya kita lihat merupakan kelompok sinar-sinar cahaya yang disebut
berkas cahaya. Terdapat tiga macam berkas cahaya, yaitu:
1.
Sumber : akumasterfisikadunia.blogspot.com
2.
2. Berkas cahaya menyebar (menyebar), yaitu berkas caaya yang berasal dari satu titik kemudian menyebar ke beberapa arah.
Sumber : akumasterfisikadunia.blogspot.com
3.
3. Berkas cahaya mengumpul (konvergen), yaitu berkas cahaya yang menuju ke suatu titik tententu.[7]
Sumber : akumasterfisikadunia.blogspot.com
Jika sinar cahaya jatuh pada
permukaan benda lalu dibalikkan kembali, kita sebut sinar itu dipantulkan. Ada
dua jenis pemantulan cahaya, yaitu pemantulan baur dan pemantulan teratur.
a.
Pemantulan Baur
Jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang kasar (tidak rata), berkas cahaya tersebut akan dipantulkan ke berbagai arah yang tidak tertentu. Pemantulan ini disebut pemantulan baur (difusi).
1)
Pemantulan Teratur
Jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang
rata seperti permukaan cermin datar atau permukaan air yang tenang, maka
pemantulannya teratur. Pemantulan ini disebut pemantulan
teratur.[8]
Beberapa istilah yang digunakan dalam pemantulan cahaya, adalah sebagai
berikut:
o
Sinar datang ialah sinar yang datang lurus
pada permukaan benda.
o
Sinar pantul ialah sinar yang diantulkan
oleh permukaan benda.
o
Garis normal ialah garis yang dibuat tegak
lurus pada permukaan benda.
o
Sudut datang ialah sudut antara sinar
datang dan garis normal.
o
Sudut pantul ialah sudut antara sinar
pantul dan garis normal.
Hukum Pada pemantulan cahaya, yaitu:
Ø Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada
satu bidang
Ø
Sudut datang besarnya sama dengan sudut pantul[9]
Secara sistematis dibuktikan bahwa:
i = r
Cermin
pertama kali dibuat dari sekeping batu mengkilap seperti obsidian, sebuah kaca
vulkanik yang terbentuk secara alami.
Cermin yang pertama dibuat pada
jaman sebelum masehi (SM) berupa cermin obsidian. Cermin obsidian yang paling
tua ditemukan 6.000 SM di Anatolia / Turki. Cermin dari batu mengkilap
ditemukan di Amerika tengah dan selatan dengan usia sekitar 2.000 tahun. Cermin
dari tembaga mengkilap telah dibuat di Mesopotamia sekitar 4000 SM dan di Mesir
purba pada 3.000 SM. Di China, cermin perunggu dibuat pada 2.000 SM.
Cermin kaca pertama yang dilapisi
logam di abad masehi diciptakan di daerah Sidon (Lebanon) pada abad pertama M.
Sedangkan cermin yang dibuat dengan sandaran, dibuat sekitar tahun 77 M. Cermin
tersebut diberi sandaran berupa daun emas. Bangsa Romawi merupakan bangsa
pertama yang mengembangkan teknik menciptakan cermin walaupun masih agak kasar.
Cermin tersebut terbuat dari kaca hembus yang dilapisi dengan timah yang
dilelehkan.
Cermin parabola pantul pertama kali
dideskripsikan oleh fisikawan bangsa Arab bernama Ibn Sahl pada abad 10. Ibn
al-Haytham berhasil merumuskan prinsip kerja pada mata yang menggunakan prinsip
pembiasan pada lensa cembung. Cermin kaca
bening diproduksi di Al-Andalus pada abad 11. Pada awal Abad Renaisans,
orang Eropa menyempurnakan metode melapisi kaca dengan amalgam timah-raksa.
Pada abad ke-16, di Venesia sebuah kota yang terkenal dengan keahilan membuat
kaca, menjadi pusat produksi cermin dengan mempergunakan teknik ini. Cermin
kaca dari periode itu dulunya merupakan barang mewah yang amat mahal.
Justus Liebig menemukan cermin kaca
pantul di tahun 1835. Prosesnya melibatkan pengendapan lapisan perak metalik ke
kaca melalui reduksi kimia perak nitrat. Proses melapisi kaca dengan substansi
bersifat reflektif (silvering) ini diadaptasi untuk memproduksi cermin secara
massal. Saat ini, cermin sering diproduksi dengan pengendapan vakumnya
aluminium (atau terkadang perak) langsung ke substrat kaca.[10]
Cermin adalah sebuah benda yang yang
senantiasa kita jumpai hampir setiap hari. Sebelum kamu bepergian biasanya kamu
akan bercermin terlebih dahulu. Kita akan memperlajari benda tersebut, dari
mulai jenisnya dan sifatsifat dari masing masing cermin.
Bentuk cermin yang kita jumpai setiap hari, sangatlah beragam. Secara
garis besar cermin terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
a.
Cermin datar : mempunyai permukaan
berbentk bidang datar
b.
Cermin lengkung : mempunyai
permukaan pantul berbentuk lengkung (bagian dari permukaan bola)
Cermin lengkung terbagi menjadi dua, yaitu :
1)
Cermin cekung : memiliki permukaan
pemantul yang bentuknya melengkung atau membentuk cekungan. bersifat
mengumpulkan sinar pantul atau konvergen.
a.
Cermin Datar
Ketika kamu bercermin, maka akan ada bayanganmu di belakang cermin
dengan posisi berhadap-hadapan denganmu seakan kembaran. Akan tetapi, posisi
tangan kanan mu berubah menjadi tangan kiri, telinga kirimu menjadi telingan
kanan, begitu juga anggota tubuhmu yang lainya. Mengapa demikian?
Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah sebagai
berikut:
a. Bayangannya maya.
b. Bayangannya sama tegak
dengan bendanya.
c. Bayangannya sama besar
dengan bendanya.
d. Bayangannya sama tinggi
dengan bendanya.[12]
1)
Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar
Garis normal pada cermin datar adalah garis yang melalui titik
jatuh sinar dan tegak lurus bidang cermin.
a)
Pemantulan Berkas Cahaya yang Datang
Sejajar
Berkas cahaya yang datang sejajar yang jatuh pada cermin datar akan
dipantulkan sejajar pula.
Sumebr : rumushitung.com
b)
Pemantulan Berkas Cahaya yang
Menyebar (Divergen)
Berkas cahaya yang datang menyebar yang jatuh pada cermin datar
akan dipantulkan menyebar pula.[13]
Sumber : Rumushitung.com
Ketika
kamu bercermin, bayanganmu tidak pernah dapat dipegang atau ditangkap dengan layar. Sifat bayangan seperti itu disebut
bayangan maya atau bayangan semu.
Bayangan maya selalu terletak di belakang cermin.
Bayangan terbentuk karena
sinar-sinar pantul yang teratur pada cermin.
Dengan demikian, dapatkah kamu menentukan sifat-sifat bayangan pada cermin datar?
Sumber : http://www.rumus-fisika.com/2013/03/cermin-datar-dan-sifat-bayangan.html
Keteraturan berkas sinar
yang di pantulkan cermin datar dapat digunakan untuk menentukan gambar bayangan
secara geometris dengan menggambarkan sinar datang dan sinar pantulnya. Cara
menggambar bayangan dengan perjalanan cahaya adalah sebagai berikut:
1.
Buatlah dua berkas sinar datang dengan membuat garis lurus ke permukaan cermin di bagian atas benda dan di bagian bawah benda.
2.
Buatlah berkas sinar pantul (dengan menggunakan garis lurus terputusputus) dengan menerapkan hukum pemantulan cahaya, yaitu sudut datang sama dengan sudut pantul.
3.
Perpanjang berkas sinar pantul hingga bertemu pada satu titik.
4.
Pertemuan titik itu adalah bayangan dari benda tersebut (A' B').
5.
Bayangan yang terbentuk adalah hasil perpotongan perpanjangan berkas sinar pantul atau sinar maya.
[1]
Iwan Permana S. 2010. Optik. Duta
Grafika: Bogor. Hal: 1-4
[2]
Ibid. Hal: 1
[3]
Ganijanti Aby S. 2011. Gelombang dan
Optika. Jakarta: Salemba Teknika. Hal: 265-266
[4]
Iwan Permana S. 2010. Optik. Duta
Grafika: Bogor. Hal: 7-9
[5]
Ibid. Hal: 13-14
[6]
Ibid. Hal: 9
[7]
Ahmad Zaelani, dkk. 2011. 1700 Bank Soal
Bimbingan Pemantapan Fisika (untuk SMA/MA). Yrama Widya: Bandung. Hal:
259-260
[9]Ahmad
Zaelani, dkk. 2011. 1700 Bank Soal Bimbingan
Pemantapan Fisika (untuk SMA/MA). Yrama Widya: Bandung. Hal: 260
[10]
Iwan Permana S. 2010. Optik. Duta
Grafika: Bogor. Hal: 27-29
[11]
Supiyanto. 2006. Fisika Untuk SMA Kelas
XII. Jakarta: Phibeta. Hal: 42-43
[12]
Iwan Permana S. 2010. Optik. Duta
Grafika: Bogor. Hal: 36
[13]
Ahmad Zaelani, dkk. 2011. 1700 Bank Soal
Bimbingan Pemantapan Fisika (untuk SMA/MA). Yrama Widya: Bandung. Hal: 261
Tidak ada komentar:
Posting Komentar